Kamis, 26 Mei 2016

Juni, Harga Minyak Bisa Turun (lagi)

Surabaya - Pelaku pasar di himbau waspada terhadap kemungkinan turunnya harga minyak mentah dunia pada Juni 2016. Hal itu terkait dengan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang membahas penentuan suku bunga acuan (Fed fundrate) yang mempengaruhi permintaan minyak dunia.

Jika bank sentral AS menaikkan suku bunga, USD dipastikan akan menguat. Sementara itu, mata uang negara-negara konsumen minyak mentah akan melemah, termasuk rupiah yang diprediksi mencapai level 14 ribu per USD.

Hingga kemarin, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah pada level 13.573 per USD. Negara lain yang mata uangnya diprediksi melemah adalah Tiongkok. Yuan yang masih RMB 6,54 per USD diprediksi melemah jika suku bunga The Fed naik.

Hal itu akan mempengaruhi permintaan Tiongkok terhadap minyak mentah dunia, terutama dari anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC). Pada Mei 2016, perekonomian Tiongkok bergerak sehingga permintaan minyak dari Negeri Panda tersebut ikut naik.

kesimpulannya karena konversi nilai tukar terhadap USD melemah, harga minyak terasa mahal. Permintaan pun akan turun. Kalau permintaan turun, harga minyak akan turun lagi.

Hingga minggu ketiga Mei, harga minyak sebenarnya cukup baik karena menyentuh angka USD 49 per barel pada 2017. Naiknya harga minyak selain disebabkan karena tingginya permintaan dari Tiongkok, juga disebabkan turunnya suplai minyak akibat kebakaran hutan di Provinsi Alberta, Kanada, serta penutupan kilang di Nigeria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar